Post Terbaru

6/recent/ticker-posts

Intro

Halo, Saya Iqbal Mubarok, Selamat datang !

6 Hikmah Ibadah Haji

 



Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

صَلَاةً وَسَلَامًا عَلَى حَبِيبِنَا المُصْطَفَى –صلى الله عليه وسلم- وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُم بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّين

أُوصِيْكُمْ وَإٍيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ ,وَقَدْ قَال الله تَعَالى:

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

وقال رسول الله:

إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

أَمَّا بَعْدُ

Jamaah Jumat Rahimakumullah

        Ibadah haji merupakan puncak dari peribadatan seorang hamba. Ia menjadi pelengkap rukun Islam yang kelima. Seorang muslim pasti mengharapkan agar dirinya bisa menunaikan ibadah tersebut. Setiap tahun ummat Islam berlomba-lomba untuk mendaftarkan diri sebagai calon jamaah haji. Namun sayang, seiring bertambah banyak jumlah jamaah haji, angka kriminalitas di masyarakat kita pun tidak semakin menurun. Yang namanya pembunuhan, perzinaan, perampokan, korupsi, narkoba, dan penipuan marak terjadi di mana-mana. Bahkan tidak sedikit pelakunya sebagian dari mereka yang sudah bergelar haji.

Mungkin kita pun jadi heran dan bertanya-tanya, kenapa ada orang yang sudah melaksanakan haji, tapi tingkah laku dan perbuatannya tidak semakin bertambah shalih. Bahkan cenderung lebih buruk dari sebelumnya?

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Ada beragam penyebab yang melatarbelanginya. Selain harta yang digunakan bersumber dari yang diharamkan Allah, hal tersebut juga bisa terjadi karena tidak memahami tujuan dan hikmah dibalik adanya perintah haji. Dan ini menjadi faktor yang paling mendasar ketika haji seseorang tidak merubah perilakunya ke arah yang lebih baik. Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul memaparkan setidaknya ada enam tujuan mendasar dibalik syariat haji yang terdapat dalam ibadah haji:

Pertama, Tunduk Dan Pasrah Kepada Syariat Allah Ta’ala

Saudaraku, betapa perlu kita melatih jiwa dan akal kita untuk tunduk dan pasrah sepenuhnya kepada syariat AllahTa’ala, sebagaimana dalam firman-Nya:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

 “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. an-Nisa’: 65).

Ibadah haji merupakan contoh yang paling tepat dalam menggambarkan kepasrahan ini. Hal itu tergambar dalam perpindahan jama’ah haji dari satu masy’ar (tempat ibadah) ke masy’ar lainnya, juga dalam thawaf, mencium hajar aswad, melontar jumrah dan lain-lain. Semua itu merupakan contoh aplikatif dalam mewujudkan ketundukan kepada syariat Allah dan kepasrahan menerima hukum-hukum-Nya dengan dada lapang dan hati tenang.

Nabi Ibrahim bersama putranya Ismail alahimassalam pernah berdo’a: “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah: 128).

Keduanya berdo’a untuk keislaman diri dan keturunannya yang esensinya adalah ketundukan dan kepasrahan jiwa dan raga kepada Rabbnya.

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Kedua, Menegakkan Tauhid

Sesungguhnya syiar ibadah haji dibangun di atas kemurnian tauhid kepada Allah semata. Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku’ dan sujud.” (QS. al-Hajj: 26)

Dalam rangka merealisasikan tauhid dan mengingkari taghut, maka disyaratkan bagi jama’ah haji memulai haijnya dengan talbiah: labbaika allahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik, innal hamda wan ni’mata laka wal mulk la syarika laka.

Untuk tujuan itu pula sehingga disyariatkan bagi jama’ah haji, membaca surah al-Kafirun dan surah al-Ikhlas setelah membaca al-Fatihah dalam shalat sunnat thawaf sebagaimana dipraktekkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Ketiga, Mengagungkan Syi’ar Dan Hurumatillah

Hal itu tergambar dalam firman Allah setelah menyebutkan beberapa perkara tentang ibadah haji:

ذَٰلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ رَبِّهِ ۗ

“Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa mengagungkan hurumatillah/apa-apa yang terhormat di sisi Allah.” (QS. al-Hajj: 30).

Hurumat yang dimaksudkan di sini adalah amalan-amalan haji. Mengagungkan syiar-syiar Allah dilakukan dalam bentuk menghormati dan mencintainya dalam hati dan menyempurnakan sifat-sifat ubudiah dalam syiar-syiar tersebut.

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Umat ini akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka benar-benar mengagungkan kehormatan (Ka’bah) ini. Apabila mereka mengabaikan kehormatan itu maka mereka akan binasa.” (HR. Ibnu Majah)

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Keempat, Mencintai Rasulullah shallallahu Alaihi Wasallam

Mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam termasuk amalan hati yang paling agung dan cabang keimanan yang paling mulia. Kecintaan kepadanya melahirkan sikap mutaba’ah dan komitmen kepada petunjuknya. Sedang komitmen mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam pelaksanaan ibadah haji mengantar seseorang menggapai cintanya karena beliau bersabda: “Ambillah dariku tata cara pelaksanaan manasik haji kalian”, sedang mengikuti petunjuknya akan mewujudkan kecintaan kepada Allah sebagaimana dalam firman-Nya:

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi kamu.” (QS. Ali Imran: 31).

Kelima, Mewujudkan wala’ (Loyalitas) Kepada Orang-Orang Mukmin Dan Bara’ah (Berlepas Diri) Dari Orang-Orang Musyrik

Sungguh menyedihkan fenomena perpecahan kaum muslim menjadi beberapa sekte, golongan, dan negara yang saling berseteru dan didominasi perselisihan ala jahiliah. Dan Ibadah haji merupakan terapi yang sangat ampuh untuk meminimalisir perselisihan dan perpecahan tersebut. Karena ibadah haji dapat menyatukan potensi mereka, menumbuhkan sikap loyal, cinta dan suka menolong sesama mukmin. Jika kaum muslim itu disatukan oleh sumber talaqqi yang satu yaitu Al-Quran dan Sunnah sebagaimana mereka disatukan oleh qiblat yang sama, maka dalam ibadah haji hubungan mereka akan semakin dekat karena mereka disatukan oleh pakaian, tempat, dan waktu yang sama dalam melaksanakan manasik ibadah yang sama pula.

Nabi shallallahu alaihi wasallam juga mengikis habis tradisi jahiliah dalam khutbahnya pada haji wada’ dengan menegaskan bahwa: “Semua kebiasaan jahiliah telah dilindas dengan kedua telapak kakiku.” (HR. Muslim)

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Keenam, Mengingatkan Hari Akhirat

Pada saat jama’ah haji meninggalkan kampung halamannya dan memulai perjalanan ibadahnya hendaknya ia mengingatkan dirinya bahwa suatu saat nanti ia akan mati dan keluar meninggalkan kehidupan dunia menuju miqat dan dahsyatnya hari kiamat.

Saat mengenakan pakaian ihram, hendaknya ia mengingat pakaian kafannya, dan bahwa ia akan menjumpai Allah dengan pakaian berbeda dengan pakaian di dunia. Demikian juga Ketika wukuf di Arafah, yang terbayang adalah bagaimana dahsyatnya padang mahsyar saat semua orang dikumpulkan oleh Allah Ta’ala.

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Kita berdo’a dan memohon kepada Allah kiranya berkenan menerima amal-amal shaleh kita dan amalan shaleh kaum muslim lainnya. Wabillah at-taufiq ila aqwamit Thariq!

اَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ



Khutbah Kedua


اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ

 وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنِّا نعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ، وَالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَاناً صَادِقاً ذَاكِراً، وَقَلْباً خَاشِعاً مُنِيْباً، وَعَمَلاً صَالِحاً زَاكِياً، وَعِلْماً نَافِعاً رَافِعاً، وَإِيْمَاناً رَاسِخاً ثَابِتاً، وَيَقِيْناً صَادِقاً خَالِصاً، وَرِزْقاً حَلاَلاً طَيِّباً وَاسِعاً، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ..

اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ.

اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.

رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ : (( إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ ))

===========

Posting Komentar

0 Komentar